Senin, 08 Desember 2008

New Wave Marketing: Humanizing Human Being

Ada yang bertanya kepada saya, darimana datangnya semua gagasan tentang New Wave Marketing (NWM) ini? Jawabannya sederhana saja. Semua ide ini berasal dari pengamatan saya terhadap praktik yang terjadi di lapangan. Saya pun sering berdiskusi dengan banyak orang—termasuk dengan tim saya di MarkPlus, Inc—sehingga konsep ini bisa semakin tajam.



Dan tentu yang terpenting adalah praktiknya secara langsung. Saya selalu bilang, practice what you preach, praktikkan apa yang kita ucapkan. Karena itulah, baik secara individu maupun secara korporat, saya juga telah mempraktikkan konsep NWM ini. Lewat Facebook misalnya, saya bisa mendapatkan banyak relasi yang sebagian berujung kepada relasi bisnis. Saya juga mendapatkan banyak masukan lewat e-mail sehingga bisa semakin memperkaya dan memperluas pengetahuan saya tentang praktik NWM.



Nah, sewaktu berkunjung ke Amerika dari pertengahan Oktober sampai awal November lalu, saya pun mengamati praktik pemasaran yang ada di sana. Saya sudah cerita bukan, apa yang saya dapat sewaktu di Starbucks, Mayo Clinic, dan IBM di kota Rochester? Kali ini saya mau cerita tentang pertemuan saya dengan sejumlah orang di Amerika. Banyak insight yang saya dapatkan. Sebaliknya, saya juga tidak lupa menyebarkan “virus” NWM ini agar mereka juga tahu bahwa kita di Indonesia selalu update dengan perkembangan mutakhir dunia pemasaran.



Salah satu yang sempat saya temui adalah Marcia Jaffe. Saya bertemu dia pada acara dining-talk di Sausalito, di kawasan Bay Area, San Francisco. Tempat ini letaknya persis di tepi jembatan Golden Gate yang terkenal itu. Jaffe ini adalah pendiri dan presiden Bali Institute for Global Renewal (BIGR) yang ada di Ubud. Karena itu, ia menghabiskan waktunya separuh di Ubud, separuh di Sausalito.



Jaffe juga sempat menyelenggarakan konferensi global “Quest for Global Healing” di Bali pada Mei 2006 lalu yang dihadiri antara lain oleh Uskup Desmond Tutu dari Afrika Selatan dan Edgar Mitchell, mantan astronot Apollo 14 yang merupakan orang keenam yang pernah berjalan di bulan. Jaffe bercerita bahwa aktivitas lintas negara dan lintas generasi seperti yang dijalankannya semakin banyak dilakukan di berbagai penjuru dunia.



Beberapa hari kemudian, saya juga sempat berkunjung ke Global Leadership Institute di University of Nebraska-Lincoln (UNL). Di situ saya bertemu dengan Prof. Sang M. Lee, pimpinan Departemen Manajemen dan pengajar program MBA di UNL, dan Prof. Fred Luthans, pakar Organizational Behaviour.



Prof. Luthans ini terkenal dengan konsep Psychological Capital (PsyCap)-nya yang pada dasarnya terdiri dari empat elemen yaitu hope, efficacy, resilience, dan optimism, yang biasa disingkat HERO. Prof. Luthans berpendapat bahwa pada dasarnya manusia itu punya yang namanya trait-like dan state-like. Banyak program pelatihan sumber daya manusia yang tidak sukses karena menekankan kepada trait-like. Padahal trait-like ini cenderung tetap dan sulit diubah ketika seseorang sudah mencapai usia 30 tahun. Namun, state-like masih bisa diubah. State-like inilah yang menjadi fokus dari PsyCap dengan HERO-nya tadi itu.



Lalu, selain bertemu Marcia Jaffe, Prof. Sang M. Lee, dan Prof. Fred Luthans tadi, saya juga sempat berkunjung ke FBI Academy di Quantico, Virginia. Saya juga sempat berdiskusi dengan para staf Konsulat Jendral Republik Indonesia (KJRI) dan perwakilan mahasiswa Indonesia di Chicago.



Dan, menjelang kepulangan saya ke Indonesia, tentu saya juga sempat berdiskusi dengan Philip Kotler di Kellogg School of Management at Northwestern University.



Nah, banyak cerita yang sebenarnya bisa saya sampaikan dari pertemuan dengan sejumlah orang tadi. Namun, karena keterbatasan tempat, tentu saya tidak bisa menceritakan semuanya. Namun, ada benang merah yang bisa saya sampaikan.



Saya semakin mendapatkan pemahaman bahwa New Wave Marketing itu sebenarnya menempatkan manusia sebagai fokus utama, dengan didukung dan diperantarai teknologi terutama Web 2.0. Teknologi inilah yang membuat kita bisa tetap beradab (civilized) di tengah gaya hidup yang berubah. Kita bisa tetap menjalin relasi dengan para teman dan kerabat kita secara online dan mobile walaupun kesibukan kita semakin padat. Walaupun sendirian, kita tetap tidak merasa terasing karena bisa dengan cepat menghubungi teman atau mengetahui aktivitas kerabat kita hanya dengan mengetik di laptop atau ponsel.



Kita juga semakin bisa menempatkan diri dalam posisi yang sejajar dengan orang lain, tanpa peduli status, usia, agama atau warna kulit. Kita bisa semakin menghargai orang lain karena menyadari bahwa kita sama-sama saling membutuhkan. Karena itu, New Wave Marketing dengan segenap kecanggihan teknologinya akan membuat kita semakin manusiawi, menjadi manusia yang utuh dan seimbang.




Hermawan Kartajaya

Tidak ada komentar: