Selasa, 27 Januari 2009

Drs H Suryadharma Ali, Menteri Negara Koperasi dan UKM

Tapos, diam-diam kembali muncul ke permukaan. Tapos yang terletak di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, terkenal sebagai tempat pembibitan dan peternakan sapi-sapi unggul baik untuk jenis sapi perah maupun pedaging. Tak heran bila Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabinet Indonesia Bersatu Drs Suryadharma Ali melirik tempat ini.

Ada apa gerangan? Yang pasti, koperasi sebagai soko guru perekonomian rakyat memiliki andil besar bagi pembangunan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Koperasi juga memiliki potensi besar bagi upaya peningkatan perekonomian rakyat. Bukan itu saja, para pelaku usaha koperasi dan usaha kecil dan menengah (UKM) bisa dikatakan 99 persen mereka jujur dan mengembalikan semua pinjaman. Barangkali itu sebabnya Kementrian Koperasi dan UKM secara terus menerus mengoptimalkan kinerjanya sehingga masayarakat yang dilayani semakin luas dan kian besar.

Termasuk, menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, di antaranya swasta. Salah satunya yang sedang dibangun untuk segera direalisasikan dengan PT Rejo Sari Bumi unit Tapos, Bogor, Jawa Barat, yang terkenal sebagai tempat pembibitan dan peternakan sapi-sapi unggul baik untuk jenis sapi perah maupun pedaging. “Hal ini berkaitan akan kemampuan pemenuhan kebutuhan susu dan daging nasional kita masih memprihatinkan. Yang dapat terpenuhi baru sekitar sepertiga dari kebutuhan nasional,” kata Drs Suryadharma Ali, Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Kabinet Indonesia Bersatu.

Menurut bapak empat orang anak yang mantan Ketua Komisi V DPR RI 2001-2004, dan pernah berkecimpung di sebuah perusahaan retail kelas kakap yang beroperasional di Indonesia hingga level Deputi Direktur ini, kebutuhan susu dan daging nasional sangat tinggi. Kebutuhan susu dan daging tersebut sehingga massih diimpor. “Untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan susu dan daging itu perlu dilakukan peningkatan populasi sapi di tanah air,” tutur Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang pernah menjadi Bendahara Fraksi PPP MPR RI periode 2004-2009.

Lantas, mengapa memilih Tapos sebagai salah satu tempat pembibitan dan pengembangan sapi nasional? Apa maksud dan tujuannya? Dan apa pula keuntungan bakal didapat peternak sapi perah dan pedaging yang pada umumnya tergabung dalam usaha koperasi ini? Hari Setiyowanto dari Majalah Gemari merangkum penjelasan Menneg Kop dan UKM lulusan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarief Hidayatullah Jakarta, yang kelahiran Jakarta, 19 September 1956. Wawancara berlangsung di lokasi peternakan Tapos Bogor, belum lama ini, bersama wartawan berbagai media, termasuk Majalah Gemari. Berikut petikannya. Mengapa tertarik membantu meningkatkan kemampuan peternak sapi perah dan juga pedaging ini? Pertama, karena kebutuhan susu dan daging nasional sangat tinggi. Kebutuhan susu dan daging tersebut sehingga masih diimpor.

Untuk meningkatkan pemenuhan kebutuhan susu dan daging itu perlu dilakukan peningkatan populasi sapi di tanah air. Kemampuan memenuhi kebutuhan susu dan daging nasional yang baru dapat terpenuhi sekitar sepertiga dari kebutuhan nasional. Tentu ini masih sangat memprihatinkan. Kenapa memilih Tapos sebagai salah satu tempat pembibitan sapi nasional? Pertama, memilih Tapos, karena Tapos punya pengalaman, infrastruktur, teknologi, pengetahuan, tenaga-tenaga ahli, tenaga-tenaga trampilnya.

Dengan demikian harapan kita ke depan dengan menggunakan Tapos itu bisa apa yang ingin kita capai bisa tercapai. Adakah rencana di tempat lainnya yang seperti Tapos ini Terpikir juga pada tahun 2007 nanti bukan hanya Tapos yang kita pakai untuk pusat pembibitan, tapi ada tempat-tempat lain. Seperti Kunak (kumpulan peternak), di bukit Cibungbulang. Itu juga sudah ada komunitas peternak sapi di sana. Dan populasinya cukup besar. Di IPB (Institut Pertanian Bogor). IPB punya tanah yang luas. Kurang lebih sekitar 250 hektar.

Dan tentu di sana juga banyak tenaga-tenaga ahlinya. Tinggal bagaimana para ahli itu mengimplementasikaan keahliannya. Yaitu dengan mengembangkan persapian di tanah air. Sehingga dengan demikian ketergantungan impor kita semakin mengecil. Jadi yang akan dilakukan pada tahun 2007 itu seperti apa? Pada tahun 2007 itu dilakukan secara bertahap. Insya Allah kita akan dimulai antara 2.000 hingga 2.500 ekor sapi. Sebab sekarang di sini (Tapos) saja ada sekitar 600 ekor sapi. Jadi kita lihat saja perkembangannya antara 2.000 hingga 2.500 ekor sapi itu bisa tertangani dengan baik. Kalau tertangani dengan baik, maka pada tahun-tahun berikutnya akan kita tingkatkan.

Jadi, didalam pengelolaan sapi itu tidak boleh juga kaget. Kalau kita biasa mengelola 600 ekor sapi terus kemudian sekarang ditambah 2.500 ekor sapi atau bahkan 5.000 ekor. Itu perlu adaptasi yang cukup panjang. Seperti misalnya, tiba-tiba kebutuhan pakan naik, pemeliharaan, pengawasan dan lain sebagainya. Bagaimana dengan kesiapan dari manajemen Tapos itu sendiri dengan adanya tambahan hingga 2.500 ekor sapi itu? Pihak manajemen Tapos itu siap. Tadinya memang akan kita rencanakan sekitar 5.000 hingga 10.000 ekor sapi. Tetapi, terus harus ada percobaan dululah. Jadi percobaan yang paling pas, paling memungkinkan itu 2.500 ekor sapi. Lalu bagaimana dengan sistem kerja yang nanti dipakai? Sistem kerja samanya secara detail belum.

Tetapi yang pasti, Kementrian Koperasi itu setiap tahun anggaran mendistribusikan sapi ke daerah-daerah. Umumnya itu sapi potong. Oleh karena itu komitmen yang sekarang akan kita bangun itu adalah bagaimana nanti Tapos juga bisa mendistribusikan sapi itu. Kan setiap tahun sapi itu beranak. Seperti kita hitung (hasil penjelasan I Made Soewecha, Koordinator PT Rejo Sari Bumi unit Tapos I), di peternakan sapi Tapos ini dari 2.500 ekor sapi betina dapat melahirkan sekitar 2.000 ekor anak sapi per tahun. Sekitar 70 persennya itu biasanya betina dan 30 persen lagi menjadi sapi jantan. Itu kita harapkan bisa bergulir ke daerah-daerah lain. Jadi yang pertama, kalau konsep itu bisa tercapai, maka pada tahun berikutnya dapat kita tingkatkan sekurang-kurangnya dengan jumlah yang sama. Kemudian yang kedua, Tapos juga kita harapkan menjadi tempat pendidikan dan latihan bagi para peternak sapi dari seluruh Indonesia. Di Tapos, mereka punya pengetahuan yang lengkaplah. Darimana rencananya akan mendatangkan sapi sebanyak 2.500 itu? Yang jelas dari berbagai daerah. Dan jenis sapinya sapi lokal.

Berapa anggaran untuk program ini? Anggaran yang diperlukan belum tahu. Nanti Pak Made yang akan mengajukan anggarannya itu. Misalkan untuk memelihara 2.500 ekor sapi itu perlu kandang baru. Seperti yang terlihat sekarang ini, kandang yang ada di Tapos ini tidak memadai. Untuk menampung 2.500 ekor sapi tidak cukup. Terkait pola pemeliharaannya, apa yang Anda minta? Saya minta pemeliharaannya kelak seefisien mungkin termasuk pakannya tanpa mengurangi konsumsi gizi yang diperlukan sapi-sapi ternak tersebut. Sehingga setidaknya setiap hari untuk sapi pedaging setiap hari dapat naik antara 0,8 –1,2 kilogram. Ini artinya efisien karena makanan yang diberikan cocok dengan nilaaai tambah berat sapinya. Lalu apakah Pak Harto (pemilik peternakan sapi Tapos) setuju dengan program ini? (Menneg Kop dan UKM Suryadharma Ali tidak menjawab.

Hanya tersenyum. Dan Prof Dr Haryono Suyono selaku Wakil Ketua I Yayasan Damandiri menjelaskaan bila Pak Harto sudah dilapori tentang program ini, dan menyatakan setuju. Karena program kerja sama ini memiliki tujuan sama dengan maksud dari Tapos yakni untuk menghasilkan sapi-sapi yang ada manfaatnya untuk rakyat sebagai upaya membantu meningkatkan kesejahteraan rakyat) Jadi jelas, bukan?

Maksud program ini memang untuk pembibitan guna menghasilkan sapi-sapi unggul yang ada manfaatnya untuk rakyat meningkatkan kesejahteraan para peternak sapi sekaligus meningkatkan pemenuhan kebutuhan susu dan daging nasional.

Tidak ada komentar: