Minggu, 26 April 2009

Pekerjaan Besar IMF

KOMPAS.com — Peran Dana Moneter Internasional (IMF) belakangan ini meningkat dalam mengatasi krisis global. Banyak rencana besar dan ambisius yang diharapkan dapat memperbaiki keadaan.

Dalam kerangka besar, anggota IMF telah sepakat IMF harus menambah ketersediaan dana pinjamannya untuk negara miskin yang kesulitan akibat krisis. Jumlahnya pun tidak tanggung-tanggung, mencapai 1,1 triliun dollar AS, seperti yang tertuang dalam pertemuan Kelompok 20 (G-20) di London.

Kegagalan mengerjakan rencana tersebut berisiko politik sangat tinggi karena negara anggota G-20 telah membuat lembaga tersebut sebagai operator dalam upaya mengatasi krisis terburuk sejak depresi ekonomi tahun 1930-an.

Para menteri keuangan dari negara-negara itu bertemu pada akhir pekan lalu untuk merinci bagaimana mendapatkan dana tambahan bagi IMF itu.

Kemenangan

Negara-negara berkembang mendapatkan ”kemenangan” pada Sabtu lalu ketika IMF mengumumkan akan menerbitkan obligasi guna membantu mengumpulkan tambahan dana. IMF memerlukan tambahan dana sebesar 500 miliar dollar AS untuk mencapai total dana 1,1 triliun dollar AS tersebut. Dana sebesar 500 miliar dollar AS itu akan digunakan sebagai dana pinjaman IMF kepada negara-negara yang terkena dampak krisis dan sangat memerlukan tambahan dana eksternal.

China, Brasil, Rusia, dan India telah menolak keras penambahan dana dengan cara tradisional, yaitu menambah iuran anggota. Negara berkembang dengan kekuatan ekonomi yang semakin mapan itu lebih suka penerbitan obligasi. Mereka telah menyatakan tertarik untuk membeli obligasi IMF jika benar-benar terlaksana. IMF belum pernah menerbitkan obligasi meskipun wacana soal obligasi sebagai salah satu alternatif pembiayaan sudah ada sejak tahun 1980-an.
Dengan penerbitan obligasi IMF pun, belum tentu dana yang terkumpul akan mencukupi untuk menggerakkan kembali perekonomian global.

IMF memperkirakan, sebelum perekonomian mencapai titik nadir, lembaga multilateral tersebut dapat menyediakan pinjaman sekitar 187 miliar dollar AS untuk negara yang memerlukan. Jumlah itu jauh lebih besar dibandingkan dengan dana pinjaman yang disalurkan IMF ketika krisis Asia tahun 1997-1998 sebesar 86 miliar dollar AS.
Di tengah kebutuhan untuk menyalurkan pinjaman yang lebih tinggi bagi anggotanya, sumber pendapatan utama IMF dari pembayaran kembali pinjaman dan bunga justru menurun. IMF juga harus memangkas pengeluarannya. Saat ini lembaga tersebut harus kembali aktif menyalurkan pinjaman.

Kuncinya adalah apakah sistem perbankan di AS dan di tempat lain dapat pulih dengan cepat sehingga dapat kembali menyalurkan kredit ke konsumen dan pebisnis. Penyaluran kredit itu diperlukan untuk menggerakkan kembali perekonomian di negara industri, kemudian meningkatkan kembali permintaan untuk negara berkembang yang sangat bergantung pada ekspor.

Kendala lain adalah isu permintaan hak suara lebih besar bagi negara berkembang, seperti China, India, Brasil dan Rusia, juga mungkin saja membuat upaya pengumpulan dana ini terseok-seok. (AP/joe)

Kunjungi: www.cibercentra.com - Layanan iklan dan promosi online gratis!!

Tidak ada komentar: