Senin, 27 Oktober 2008 06:06 WIB
KALAU Anda sudah biasa mengakses situs Facebook, pasti Anda sudah sangat akrab dengan judul di atas. Ya, kalau ada orang yang ingin menjadi teman Anda, ia akan meng-add Anda sebagai temannya. Lalu Anda akan mendapat pesan adanya permintaan dari orang tersebut. Selanjutnya, Anda bisa memilih, apakah memberikan persetujuan (confirm), atau mengabaikan (ignore) saja permintaan tersebut.
Kalau Anda confirm, maka tidak berapa lama kemudian akan muncul pesan bahwa Anda telah berteman dengan orang itu. Pesan ini bukan hanya muncul di halaman profil Anda, tapi juga bisa diatur sehingga orang lain yang menjadi teman Anda juga tahu bahwa Anda baru saja berteman dengan orang lain itu. Nah, apabila dalam daftar teman Anda yang sudah ada ini ternyata ada yang kenal dengan teman yang baru saja di-confirm Anda tadi, ia bisa meng-add juga sebagai temannya. Begitu seterusnya. Kelihatannya agak berliku. Namun, sekali lagi, kalau Anda sudah terbiasa dengan Facebook, pasti tidak asing lagi dengan proses seperti di atas.
Inilah kehebatan komunitas social networking dalam era Web 2.0 seperti Facebook. Komunitas itu bisa dengan cepat membesar namun tetap terjaga hubungan antar anggotanya. Sistem Confirming ini membuat kita tidak perlu ragu menaruh data pribadi tentang diri kita, walaupun tidak semuanya tentunya. Walaupun datanya tidak rahasia, namun kita bisa merasa tidak nyaman kalau ada orang yang tidak dikenal bisa mengetahui data tersebut.
Dengan melakukan Confirming, kita memang seperti meminta izin terlebih dahulu kepada orang lain agar diizinkan menjadi temannya. Inilah ciri-ciri Civilized Marketer dalam era New Wave Marketing seperti tulisan saya terdahulu. Lantas, apa kriteria Confirming ini? Kalau Anda ingat, dalam Targeting kriteria penentuannya ada empat, yaitu ukuran pasar, pertumbuhan pasar, situasi persaingan, dan keunggulan daya saing. Maka, dalam Confirming kriterianya ada tiga, yaitu Relevance, Active Level, dan Number of Community Network.
Relevance maksudnya adalah relasi atau kesamaan interest atau values antara kita dengan komunitas tersebut. Active Level berarti seberapa besar tingkat keaktifan komunitas tersebut. Apakah di dalam komunitas tersebut anggotanya memang aktif, atau malah isinya cuma daftar nama saja. Kalau yang terakhir ini namanya bukan komunitas, namun database.
Sementara Number of Community Network maksudnya adalah berapa banyak jaringan yang dimiliki atau yang potensial bisa terjadi antara suatu komunitas dengan komunitas lainnya. Jadi bukan sekadar berapa banyak jumlah anggota komunitas tersebut. Ini terkait dengan Reed’s Law yang pernah saya jelaskan sebelumnya.
Inilah bedanya antara kriteria Targeting dan Confirming. Bisa saja sebuah komunitas jumlah anggotanya banyak, pertumbuhan jumlah anggotanya juga terus meningkat. Namun, jika ternyata komunitas tersebut tidak punya relevansi yang sama dengan kita alias tidak punya interest dan values yang sama, maka kita tidak perlu bergabung dengan komunitas tersebut. Kita juga akan sulit diterima anggota komunitas lainnya karena memang tidak ada kesamaan.
Ya, kita harus bisa Confirming komunitas yang punya relevansi dengan kita, aktif, dan juga jaringannya luas. Lantas, bagaimana kalau kita tidak menemukan komunitas yang seperti ini? Tentu saja kita selalu bisa membentuk komunitas sendiri. Di sini kita bisa meng-invite orang-orang yang relevan dengan kita. Setelah itu kita bisa menjadi inisiator agar komunitas tersebut aktif dan akhirnya punya jaringan yang luas.
Sementara itu, dari jenis relevansinya, ada tiga jenis komunitas online, yaitu Intellectual Relevance, Emotional Relevance, dan Spiritual Relevance. Intellectual Relevance ini contohnya adalah LinkedIn. Di sinilah tempatnya para profesional yang mengharapkan bisa terjadi pertukaran informasi dan kerjasama yang terutama terkait dengan dunia pekerjaan mereka. Sementara Emotional Relevance misalnya Facebook. Di Facebook tiap-tiap anggotanya punya keterkaitan dari perjalanan hidupnya selama ini, misalnya pernah sama-sama satu sekolah, satu tempat kerja, satu kompleks tempat tinggal, dan sebagainya.
Sementara Spiritual Relevance misalnya adalah Second Life. Dalam situs ini kita bisa punya kepribadian lain yang hidup dalam dunia yang lain pula. Di Second Life ini kita bisa membangun kehidupan baru yang walaupun sifatnya virtual namun mungkin lebih bisa memenuhi kebutuhan spiritual kita.
Di era New Wave Marketing yang horisontal ini, perusahaan memang tidak bisa lagi seenaknya menentukan seseorang sebagai target market. New Wave Marketer harus meng-confirm dulu, apakah suatu komunitas mau menerimanya atau tidak.
-Hermawan Kartajaya
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar