Selasa, 11 November 2008

Wikipedia: Collective Wisdom from the Crowds

ANDA tahu situs Wikipedia, bukan? Bagi Anda yang belum tahu, situs ini merupakan ensiklopedia online raksasa. Berbagai informasi bisa kita dapatkan di situs ini dengan cepat, tanpa perlu repot-repot membolak-balik buku-buku yang tebal dan berat-berat seperti Encyclopædia Britannica yang mencapai 32 volume!

Banyak orang yang memang merasakan manfaat dari kehadiran Wikipedia ini. Tidak heran jika situs yang diciptakan oleh Jimmy Wales dan Larry Sanger pada tahun 2001 ini tumbuh dengan pesat. Wikipedia mampu menarik 684 juta pengunjung setiap tahunnya. Kemudian, ada lebih dari 75 ribu kontributor aktif yang mengerjakan lebih dari 10 juta artikel dalam lebih dari 250 bahasa. Saat tulisan ini saya buat saja, ada lebih dari 2,5 juta artikel dalam bahasa Inggris. Setiap hari ada ratusan ribu pengunjung dari seluruh dunia yang menyunting puluhan ribu artikel dan menciptakan ribuan artikel baru untuk memperkaya pengetahuan yang ada di Wikipedia ini.
Ya, inilah kelebihan Wikipedia dibanding ensiklopedia yang berbentuk buku. Wikipedia memudahkan orang untuk mengakses dan sekaligus menyumbangkan informasi. Selain itu, karena online, dengan mudah dan cepat setiap artikel yang ada bisa diperbaharui dengan informasi terbaru.

Kisah Wikipedia ini merupakan contoh nyata dari apa yang disebut sebagai “collective wisdom from the crowds”. Coba saja, setiap orang bisa menyumbangkan artikel baru. Begitu juga, setiap artikel yang ada di Wikipedia bisa dengan mudah disunting. Berarti, setiap orang juga punya peluang untuk memberikan informasi yang salah.
Namun, nyatanya kredibilitas Wikipedia tetap terjaga. Wikipedia masih tetap menjadi referensi nomor satu di jagat maya sampai saat ini. Mengapa demikian? Hal ini karena setiap pengunjung Wikipedia yang jumlahnya jutaan dan juga puluhan ribu kontributor aktif tadi dengan sendirinya akan mengetahui kalau ada informasi yang salah. Mereka bisa langsung memperbaikinya dengan cepat.

Dalam buku The Wisdom of Crowds, James Surowiecki mengatakan bahwa orang banyak alias crowd akan mampu menghasilkan keputusan yang sering kali lebih baik dibanding keputusan yang dibuat oleh tiap-tiap individu. Surowiecki yang merupakan staf penulis di majalah mingguan The New Yorker membuka bukunya dengan sebuah kisah yang cukup menarik tentang Francis Galton, seorang ilmuwan dari Inggris.

Suatu ketika Galton sedang berjalan-jalan di sebuah pasar rakyat. Ada sebuah kompetisi untuk menebak berat badan seekor banteng dan diikuti sekitar 800 orang. Ketika hasilnya diumumkan, ada temuan yang menarik. Ternyata, secara rata-rata, hasil tebakan seluruh 800 orang hanya berbeda satu pon dari berat banteng yang sebenarnya. Tebakan rata-rata ini lebih tepat ketimbang estimasi dari sejumlah pakar hewan ternak yang ada di situ.

Nah, ini menjadi pengantar dari uraian Surowiecki selanjutnya yang berargumen bahwa crowd mampu membuat keputusan dan prediksi yang lebih baik daripada orang per orang atau bahkan dibanding sekelompok pakar sekalipun. Namun, tidak semua crowd mampu memberikan pengaruh yang positif atau mengambil keputusan yang bijaksana. Misalnya saja saat terjadi kerusuhan di pentas musik atau kepanikan investor saat terjadi krisis di pasar modal.
Mengapa bisa terjadi demikian? Menurut Surowiecki, ada sejumlah kriteria kunci agar sebuah crowd mampu bertindak dengan bijak. Yang pertama adalah adanya keragaman pendapat. Setiap orang seharusnya memiliki informasi yang unik untuk menjamin adanya variasi pemikiran. Kedua adalah adanya kebebasan berpendapat. Jadi, pendapat seseorang tidak ditentukan oleh pendapat orang-orang di sekitar mereka.

Kemudian kriteria ketiga adalah adanya desentralisasi. Masing-masing orang mampu mengemukakan pendapat berdasarkan local knowledge-nya. Dan kriteria yang terakhir adalah adanya metode yang baik untuk mengumpulkan pendapat masing-masing orang dan diolah menjadi sebuah keputusan kolektif.

Dalam kasus kepanikan investor di pasar modal, bisa dilihat bahwa tidak terjadi keragaman dan kebebasan berpendapat. Investor terlalu memperhatikan pendapat orang lain dan tidak mampu bertindak independen. Selanjutnya mereka mulai meniru tindakan orang lain daripada berpikir dan bertindak secara berbeda. Sebaliknya, bisa kita lihat bahwa keempat kriteria tadi mampu dipenuhi oleh Wikipedia.

Wisdom of the crowds ini memang akan semakin mempengaruhi setiap aspek pemasaran. Pendapat sekelompok elit orang akan kalah pamor dibanding pendapat dari orang banyak seperti ini. Inilah proses horisontalisasi yang terjadi dalam era New Wave Marketing. Jadi, jangan pernah sekali-kali mengabaikan apa-apa yang dikatakan oleh orang banyak!

--Hermawan Kartajaya

Tidak ada komentar: