Selasa, 11 November 2008

It's not Product anymore, It's Co-Creation!

SEBAGAI salah satu elemen dari Marketing-Mix, Produk memang harus berada di urutan pertama sebelum membicarakan soal harga (price), saluran distribusi (place), dan komunikasi (promosi). Bagaimana tidak. Harga bisa tidak ada alias produk bisa ditawarkan secara gratis. Saluran distribusi juga tidak diperlukan kalau pelanggan mengambil langsung produk dari pabrik. Begitu pula promosi bisa saja tidak diperlukan. Namun, kalau tidak ada produk, lantas apa yang mau ditawarkan sebuah perusahaan kepada pelanggan?

Produk inilah yang sebenarnya menyebabkan terjadinya pertukaran value di pasar antara produsen dan pelanggan. Definisi produk sendiri cakupannya sangat luas. Mulai dari ponsel, layanan penerbangan, deposito, atau tulisan yang sedang Anda baca ini. Semuanya itu merupakan produk. Jadi, yang namanya produk bukan hanya benda-benda yang berwujud (tangible), namun juga termasuk benda-benda nirwujud (intangible).

Ketika perusahaan meluncurkan produk, tentu produk tersebut disebut produk baru. Produk baru ini memiliki dua pengertian. Pertama, pasar atau kategori produknya sudah ada, namun perusahaan tersebut baru meluncurkan produk di pasar tersebut. Misalnya adalah Kecap Sedaap. Pasar kecapnya sudah ada, namun bagi Wings Group sebagai produsen Kecap Sedaap, produk kecap itu merupakan produk baru. Pengertian produk baru yang kedua adalah produk yang benar-benar belum ada di pasar. Contohnya adalah iPod. Sebelumnya portable MP3 player seperti ini memang belum ada. Inilah yang disebut produk inovatif.

Lalu, kalau membahas produk, salah satu konsep utama yang harus diperhatikan adalah yang namanya product life cycle (PLC). Hal ini berhubungan dengan tahapan perjalanan hidup produk tersebut dan implikasinya terhadap strategi marketing. Secara ringkas, PLC ini diawali dari tahap Product Development. Di sini produk masih digodok di dalam perusahaan sehingga perusahaan baru mengeluarkan biaya (investasi) dan belum mendapatkan penjualan. Lalu, tahap selanjutnya adalah Introduction. Di sinilah awal produk tersebut diluncurkan ke pasar. Penjualannya tentu masih rendah karena permintaannya juga masih rendah.

Tahap berikutnya adalah Growth. Penjualan produk meningkat pesat. Biaya pembuatan produk mulai berkurang karena sudah tercapai economies of scale sehingga perusahaan mulai meraup profit. Namun, pesaing-pesaing juga mulai bermunculan di sini. Setelah Growth, produk akan memasuki tahap Mature. Di sini posisi kita sudah mapan dan volume penjualan sedang di puncak-puncaknya. Namun, pertumbuhannya cenderung stagnan, baik karena tingkat permintaan yang sudah jenuh maupun karena produk pesaing mulai meningkat penjualannya.
Dan yang terakhir adalah Decline. Volume penjualan mulai mengalami penurunan, harga menurun, dan profit mulai berkurang. Profit yang didapat biasanya berasal dari operational efficiency yang dilakukan perusahaan, bukan lagi dari penjualan.

Itulah sedikit tentang konsep PLC. Sebenarnya masih banyak lagi konsep yang bisa dibahas soal produk ini. Misalnya saja BCG Matrix yang membahas portofolio produk atau progression of economic value dari James Gilmore dan Joseph Pine. Namun, tentu saya tidak bisa membahas semuanya itu.

Nah, uraian di atas merupakan penjelasan singkat tentang produk dalam era Legacy Marketing. Namun, dalam era New Wave Marketing saat ini, bagi saya istilah yang lebih tepat bukan “produk” lagi, namun Co-Creation. Bagi saya, “produk” itu cenderung statis, bersifat satu arah, dan berasal dari satu sumber. Sementara Co-Creation maknanya cenderung lebih dinamis, bersifat interaktif, dan berasal dari multi-sumber.

Untuk lebih jelasnya, ambil contoh telepon seluler. Bandingkan saja antara kondisi sekarang di tahun 2008 dengan, taruhlah, kondisi pada tahun 2000. Pelanggan ponsel saat ini bisa memodifikasi sendiri ponselnya, misalnya saja dengan menambahkan pernak-pernik atau mengganti wallpaper di ponsel tersebut. Jadi, produk yang ada di tangan pelanggan bisa tidak sama persis dengan produk yang dihasilkan produsen. Ini menunjukkan kedinamisan.
Pelanggan ponsel di tahun 2008 ini juga bisa memberikan masukan ke produsen, produk seperti apa yang mereka inginkan. Nokia Communicator misalnya, pengembangannya berasal dari masukan komunitas pelanggannya. Ini menunjukkan adanya interaksi. Berbagai komponen dan fitur ponsel saat ini juga bisa berasal bukan dari satu produsen. Desainnya bisa berasal dari sebuah negara di Eropa, namun komponen-komponennya dari Tiongkok, sementara software-nya buatan Indonesia. Inilah yang dimaksud berasal dari multi-sumber.

Jadi, dalam era New Wave Marketing saat ini, produk sudah lebih dinamis, bersifat interaktif, dan berasal dari multi-sumber. Produk sudah menjadi Co-Creation.

--Hermawan Kartajaya

Tidak ada komentar: